Kamis, 05 November 2009

pahlawan yang menagis

Adalah penting dalam menghayati arti Hari Pahlawan, kita semua mencermati bahwa Bung Karno adalah satu di antara sejumlah tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia yang paling menonjol (dan paling banyak!) dalam mengangkat arti para pahlawan dalam perjuangan pembebasan bangsa. Ini tercermin dalam banyak halaman buku beliau “Di bawah Bendera Revolusi”, dan juga dalam pidato-pidato beliau. Bung Karno menjadikan Hari Pahlawan sebagai sarana untuk mengingatkan . kepada seluruh bangsa (terutama angkatan muda) bahwa sudah banyak pejuang-pejuang telah gugur, atau mengorbankan harta-benda dan vember sebagai Hari Pahlawan. Sedangkan Sumarsono sendiri, yang menjadi pimpinan tertinggi PRI di Surabaya waktu itu, adalah seorang pemuda yang masa kecilnya mendapat pendidikan Kristen, dan setelah besar mempunyai hubungan erat dengan gerakan di bawah tanah PKI. melawan kolonialsime Belanda dan fasisme Jepang (lewat jaring-jaringan Mr; Amir Syarifuddin, pelukis Sudjoyono, tokoh PKI Widarta dan lain-lain)..

Dari ketinggian pandangan revolusioner yang demikian itulah kita sepatutnya memandang arti penting Hari Pahlawan. Jadi, tidak cukup hanya dengan pengibaran bendera dan nyanyi--nyanyian atau pidato-pidato yang isinya kosong atau steril saja Upacara-upacara memang tetap perlu dikerjakan, namun yang lebih penting adalah memberi isi dan jiwa kepada hari keramat Mengingat situasi yang begini buruk dewasa ini (ingat : dampak peristiwa bom di Bali, hubungan internasional yang memburuk, investasi yang menurun, utang yang makin menggunung, pengangguran yang makin membengkak, pelecehan terus-menerus terhadap hukum dan HAM, korupsi yang tetap merajalela) , adalah kewajiban moral angkatan muda dari berbagai golongan, keturunan, suku, agama, dan aliran politik untuk menjadikan jiwa Hari Pahlawan.sebagai senjata guna berjuang melawan pembusukan besar-besaran ini. Sebab, kelihatannya, kita sudah tidak bisa menaruh harapan lagi kepada berbagai angkatan yang telah ikut mendirikan Orde Baru, dan juga yang merupakan produk (didikan) kultur buruk ini.

Jiwa yang sudah pernah dimanifestasikan oleh angkatan muda secara gemilang dalam tahun 1998 dalam menumbangkan kekuasaan Suharto, perlu dipupuk dan dikobarkan terus, dalam bentuk-bentuk baru, sesuai dengan perkembangan situasi. Dalam perlawanan terhadap Orde Baru telah jatuh korban-korban. Mereka adalah bagian dari sederetan panjang pahlawan, yang kebanyakan tidak dikenal. Karena telah mengorbankan diri untuk melawan sistem politik dan kediktatoran yang telah membikin banyak kerusakan parah terhadap bangsa dan negara selama puluhan tahun, maka sudah sepatutnyalah bahwa mereka kita pandang sebagai pahlawan pendobrak Orde Baru.

Hari Pahlawan harus sama-sama kita kembalikan kepada peran (dan pesannya) yang semestinya. Ini adalah tugas utama bangsa kita, termasuk dari kalangan pendidikan dan sejarawan. Angkatan muda harus dididik untuk menghayati benar-benar semangat pengabdian kepada rakyat dan pengorbanan diri demi kepentingan nusa dan bangsa. Kalangan sejarawan (dan pendidikan) perlu sekali meninjau kembali buku-buku sejarah dalam sekolah-sekolah, sehingga generasi muda kita mengenal sejarah bangsa secara benar (ingat : pemalsuan yang memblingerkan : serangan 1 Maret dan pendudukan 6 jam di Jogya oleh Suharto dan pemalsuan-pemalsuan sejarah lainnya).

Bangsa yang besar menghargai para pahlawannya. Bangsa Indonesia pernah dipandang besar oleh bangsa lain di dunia, terutama oleh rakyat-rakyat di Asia, Afrika dan Amerika Latin, berkat perjuangannya melawan kolonialisme dan imperialisme ( mohon dicatat antara lain : revolusi 45, Konferensi Bandung, Konferensi Pengarang Asia-Afrika, Konferensi Wartawan Asia-Afrika, Ganefo, Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Aaing).

Sekarang ini, negeri kita Indonesia sedang terpuruk citranya di dunia. Sekali lagi, bukan negeri yang macam beginilah yang dicita-citakan oleh ratusan ribu (bahkan mungkin jutaan) pahlawan kita, yang dalam barisan panjang dan berliku-liku telah berbondong-bondong bersedia mengorbankan diri, demi kita semua dan demi anak-cucu kita.

Senin, 02 November 2009

PKMM SIGIT Mengenai kangkung

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN KEBONAGUNG, KABUPATEN DEMAK MELALUI PELATIHAN PENGOLAHAN KANGKUNG MENJADI PETIS UPAYA MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP

BIDANG KEGIATAN

PKMM

Diusulkan Oleh :

Sigit Dwi Saputro (06330065 / 2006)

Ahmad Kasan Manuri (09330219 / 2009)

Anton Khumaedi (07110163 / 2007)

IKIP PGRI SEMARANG

KOTA SEMARANG

2009

  1. Judul

Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak melalui Pelatihan Pengolahan Kangkung menjadi Petis upaya Meningkatkan Kecakapan Hidup.

  1. Latar Belakang Masalah

Tumbuhan kangkung merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah dikembangbiakan, hal ini mengakibatkan hampir terdapat diseluruh Indonesia dan dapat hidup dengan subur dengan syarat tempat tersebut mengandung air.

Selain hanya membutuhkan media air sebagai tempat hidup juga dalam proses penanamanya cukup sederhana, yaitu menggunakan teknik stek dengan cara memotong batang untuk ditancapakan ke tanah maka akan segera tumbuh yang membutuhkan waktu hanya 2-3 hari.

Hal ini dimanfaatkan masyarakat Kebonagung sebagai salah satu bentuk matapencaharian kedua setelah bercocok tanam padi dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong di bantaran sungai.

Selama ini kangkung hanya dimanfaaatkan sebagai tanaman sayuran dengan harga jual yang sangat murah. Padahal sudah ada hasil karya yang mampu meningkatkan nilai jual dari kangkung yaitu pembuatan petis dengan bahan baku dari kangkung.

Petis memberikan rasa yang dominan pada makanan tradisional dari beberapa tempat di Pulau Jawa. Penyedap yang bahan utamanya udang, ikan, dan bisa juga daging ini bukan hanya menambah rasa enak, tetapi juga mengandung protein, karbohidrat, dan beberapa unsur mineral, yaitu fosfor, kalsium, dan zat besi. .
Ada banyak jenis makanan Indonesia yang komposisi bumbunya melibatkan petis sebagai salah satu komponennya. Sekadar contoh rujak petis, rujak cingur, atau tahu bumbu petis. .
Petis berbentuk pasta, merupakan olahan dari ikan atau udang ditambah bumbu, tepung beras, atau kanji. Seperti halnya kecap dan saus, petis juga merupakan produk yang menyerupai bubur kental, liat, dan elastis, berwarna hitam atau cokelat tergantung dari jenis bahan baku yang digunakan. Sesuai dengan teksturnya yang setengah padat, petis umumnya diperdagangkan dalam kemasan stoples, gelas jar, atau botol plastik berukuran kecil. .
Petis dapat juga dikategorikan sebagai makanan semi basah yang memiliki kadar air sekitar 10-40 persen, nilai aw (aktivitas air) 0,65-0,90, dan mempunyai tekstur plastis. Beberapa keuntungan pangan semibasah, antara lain tidak memerlukan fasilitas penyimpanan yang rumit, lebih awet, sudah dalam bentuk siap dikonsumsi, mudah penanganannya, dan bernilai gizi cukup baik. .
Berdasarkan cara pembuatannya, petis dapat digolongkan atas empat kategori mutu, yaitu petis kualitas istimewa, kualitas ekstra, petis nomor satu, dan petis nomor dua. Namun, produsen sangat jarang menjual petis istimewa karena harganya akan menjadi sangat mahal sehingga terbatas konsumennya. Dengan demikian, secara komersial tidak menguntungkan bagi produsen.

Dengan adanya pembuatan petis dari kangkung kiranya akan sangat membantu meningkatkan motivasi dalam membangun usaha dan taraf hidup dari masyarakat kebonagung. Selain itu motivasi untuk berkaraya akan tertanam dalam benak masyarakat dan juga akan siap menghadapi tantangan global yang semakin kompetitif.

  1. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang, maka dapat kami rumuskan masalah yang antara lain :

1. Bagaimana memanfaatkan kangkung yang melimpah terdapat di daerah Kebonagung menjadi produng bernilai jual tinggi ?

2. Bagaimana cara membuat kangkung dengan mengubah menjadi petis ?

  1. Tujuan

Tujuan dari Program kreativitas ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan solusi terhadap upaya meningkatkan nilai jual kangkung.

2. Memberikan keterampilakn usaha khusus masyarakat Kebonagung yaitu pembuatan petis kangkung.

3. Memberikan motivasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  1. Luaran yang Diharapkan

Kegiatan yang kami rencanakan memiliki beberapa luaran sebagai berikut:

1. Dimilikinya ketrampilan usaha Masyarakat kebonagung melalui pembuatan petis kangkung.

2. Produk petis kangkung yang lebih memiliki nilai jual tinggi.

3. Dimilikinya jiwa kreatif untuk mengembangkan sebuah usaha.

  1. Keguanaan

Ada beberapat manfaat yang diperoleh dari program kreativitas yang kami ajukan yaitu :

1. Meningkatnya keterampilan usaha masyarakat kebonagung karena memiliki life skill (kecakapan hidup) pembuatan petis kangkung.

2. Termotivasinya masyarakat dalam berkreativitas mengembangkan usaha.

3. Meningkatnya nilai jual kangkung

  1. Masyarakat Umum Rencana Usaha

Pada umumnya masyarakat di kabupaten demak merupakan petani sawah tadah hujan, tapi khusus di daerah kebonagung yang memiliki letak geografis yang memiliki banyak sungai antara di wilayah bagian barat dan timur menjadikan masyarakatnya juga memiliki pekerjaan lain yaitu berkebun kangkung.

Untuk diwilayah kabubaten Demak masyarakat pada umumnya menjual kangkung sebagai sayuran biasa ketika panen langsung dijual kepasar tanpa melewati proses pengolahan lebih lanjut. Hal ini berdampak kurang adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, selain itu belum adanya motivasi pemerintah sekitar untuk meningkatkan daya kreativitas dalam mengembangkan usaha yang telah berlangsung secara turun temurun sejak zaman dahulu.

Kini saatnya para mahasisawa untuk mampu memberikan kontribusinya ilmunya terhadap masyarakat dalam rangka mengabdikan diri ikut berpartisipasi dalam kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Maka dari itu kami mengajukan sebuah judul yang kiranya sangat dibutuhkan masyarakat Kebonagung khususnya penanam kangkung yaitu dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak melalui Pelatihan Pengolahan kangkung menjadi Petis upaya Meningkatkan Kecakapan Hidup” dengan asumsi bahawa petis merupakan produk campuran bahan makanan yang disukai masyarakat menengah kebawah sehingga kemampuan dalam pembuatan petis yang memiliki keunikan yaitu dari kangkung akan sangat berguna bagi masyarakat penanam kangkung.

  1. Metode Pelaksanaan

Berisi cara menyelesaikan masalah dan

Mencapai tujuan

Program kreativitas mahasiswa dibidang penengabdian masyarakat ini memiliki beberapa proses yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.1 rencana pelaksanaan program PKM


a) Alat dan Bahan

Kangkung, gula merah. Bahan baku tambahannya berupa bawang putih, cabai, merica, gula pasir, tepung beras/tepung tapioka/kanji/tepung arang kayu, garam dapur, dan air.

b) Tahapan Pembauatan

1. Mula-mula kangkung dicuci bersih karena merupakan sumber bakteri

2. Setelah kepala udang dicuci, diberi air dengan perbandingan tertentu. Kemudian dimasak atau direbus, biasanya selama 30 menit.

3. Di tumbuk dengan mesing penggiling sehingga menjadi halus.

4. Selanjutnya dimasukkan ke dalam belanga kemudian dimasak, sambil diaduk-aduk sampai agak kental. Setelah itu dilakukan penambahan gula, sedikit garam, bawang putih, cabai, dan merica. Dari sekitar 10 kg kangkung, diperlukan 0,2 kg gula dan 10 liter air. Setelah direbus selama kira-kira 3 jam akan diperoleh 1kg petis.

5. Selain gula, di beberapa daerah juga ada yang menambahkan tepung tapioka dan tepung arang kayu atau arang jerami dalam pembuatan petis. Arang ini berguna untuk mencegah timbulnya bau tengik pada petis. Dari sekitar 20 kg kepala dan kulit udang, diperlukan 3 kg gula pasir, 0,5 kg garam dapur, 0,5 kg tepung tapioka, 20 gram tepung arang kayu (tepung jerami padi), dan 20 liter air tawar. Petis yang diperoleh sekitar 3 kg.

6. Perebusan dilakukan sampai adonan mengental, yang ditandai dengan pengadukan yang terasa berat atau apabila dijatuhkan dari sendok pengaduk, cairan tidak meluncur tetapi menetes (tetes demi tetes).